Gowa (KPI) - Ramadan merupakan bulan ke sembilan dalam penanggalan Hijriah. Pada bulan ini, umat islam di seluruh dunia akan menunaikan ibadah puasa wajib selama satu bulan penuh. Oleh karena itu, saya ingin menceritakan pengalaman pada Bulan Ramadan 1444 H yang bertepatan pada tahun 2023. Mungkin sebagian orang belum pernah merasakan Ramadhan di pondok, selama 2 tahun terakhir saya Ramadan di pondok. Memang jauh dari keluarga, tapi harus bagaimana lagi? ini sudah menjadi aturan pondok, tetapi di situlah titik serunya puasa bersama teman seangkatan. Ramadan di pondok tidak membuat kami merasa hampa karena, kebersamaan di sana yang membuat suasana menjadi ramai. Kami saling membantu bangun sahur dan berbagi makanan. Tidak hanya itu, pengalaman seru lainnya juga saat saya dan teman-teman berebutan ambil es batu. Kadang-kadang ada yang kembali dengan muka sedih karena tidak dapat es batu. Kami sering membuat minuman dengan porsi besar dan minum bersama.
Rangkaian kegiatan Amaliyah Ramadan yang diterapkan pondok kami jalankan dengan tertib. Mulai dari salat subuh di masjid, kemudian tadarus dan menghafal alquran. Tidak sampai di situ, jam 07:00 kami menunaikan salat duha berjamaah. Setelah salat duha, biasanya saya mengaji lagi beberapa lembar supaya cepat khatam. Jam 09:00 kami ke kelas untuk tes mengaji, membaca alquran dan menyetor hafalan yang diberikan. Jam 12:00 kami sudah harus berada di masjid untuk menunaikan salat zuhur. Selepas salat zuhur, kami lanjut tadarus 30 menit. Sebagian orang ada yang menahan kantuk, lapar, haus dan lainnya.
Saat ada waktu kosong, biasanya saya
curi-curi waktu membaca novel di asrama. Sekali-sekali melanggar peraturan
bagiku mungkin tidak masalah, tapi tetap saja itu perbuatan yang salah. Jam
15:14 azan asar berkumandang, kami melangkah ke masjid bersama-sama menunaikan
salat. Selepas salat asar semua santri wajib mendengarkan kultum yang
dituturkan oleh seorang ustaz. Tidak ada waktu untuk beristirahat, jam 17:00
kami pergi bertugas membersihkan area pondok agar terlihat lebih bersih.
Setelah bertugas, kami berlomba-lomba ke koperasi membeli jajanan buka puasa,
seperti gorengan, bakso dan minuman.
Pengalaman yang tidak pernah ku
lupakan adalah saat detik-detik menunggu buka puasa, kami duduk di meja makan
sembari bercanda bersama. Saat azan magrib berkumandang, kami serentak
mengucapkan hamdalah dan berdoa bersama untuk berbuka puasa. Kami berbuka
dengan air putih, kurma dan kolak yang diberikan oleh bunda dapur. Setelah
berbuka puasa, kami ke masjid menunaikan salat magrib dilanjutkan dengan
membaca zikir dan surah-surah pendek. Selepas salat magrib, kami kembali ke
meja makan melanjutkan buka puasa dengan makanan berat. Jam 19:30 kami
beriringan ke masjid menunaikan salat isya dan salat tarawih. Ceramah Ramadan
dibawakan oleh santri/santriwati secara bergantian setiap harinya. Sepulang
dari masjid kami tidak langsung tidur, bercengkerama adalah hal yang tidak bisa
dilewatkan pada malam hari. Kadang-kadang terselip rasa rindu yang selalu jatuh
di terik sepi yang lupa berteduh kepada keluarga.
Jam 03:00 saya membiasakan bangun
untuk salat tahajud karena, saya tahu bahwa tangan yang menengadah kepada Allah
di malam hari takkan pernah kembali dalam keadaan hampa. Sambil menunggu pintu
dapur terbuka, tadarus adalah kegiatan yang tidak pernah terlewatkan agar cepat
khatam.
Kegiatan Amaliyah
Ramadan berlangsung selama satu minggu dengan rutinitas yang sama. Pada
hari jumat banyak penjenguk yang berdatangan menemui anaknya, saya termasuk
salah satunya. Bertemu dengan keluarga adalah yang sangat ku nantikan, melepas
rindu dengan orang yang wajahnya selalu ku ingat, tidak lupa pula bercerita
kepada mereka apa yang saya lakukan selama di sini. Setelah mereka pulang,
aktivitas kembali kami lakukan sambil menunggu hari perpulangan tiba.
Nah, dari pengalaman puasa Ramadan
di pondok, saya jadi tahu apa arti kebersamaan dan rasa rindu yang
sesungguhnya. Sedikit pesan dariku untuk kalian semua, “Untuk tersenyum itu
tidak memerlukan banyak tenaga, tersenyum itu membutuhkan banyak niat untuk
berbahagia dalam kebersamaan”. (