Ramadan dengan Pengalaman Baru

  • 30 Maret 2024
  • 04:58 WITA
  • Administrator
  • Berita

Gowa (KPI) - Tidak terasa waktu berlalu begitu saja. Setahun lamanya aku meninggalkan mu, dan setahun lamanya aku menunggu kehadiranmu. Pada akhirnya aku bisa berjumpa denganmu, oh Ramadan. Bulan Ramadan adalah bulan yang sangat dinantikan oleh umat Muslim seluruh dunia, karena didalamnya terdapat banyak sekali kebahagiaaan dan keberkahan. Bulan yang dihiasi dengan banyak macam menu takjil untuk disantap saat berbuka puasa bersama Keluarga.

            Ramadan tahun lalu adalah Ramadan terakhirku di pesantren bersama sahabat pondokku. Saat itu kami sangat senang akan kehadirannya. Dengan mengadakan pawai obor mengelilingi kampung, membuat lomba mading yang bertemakan “Ramadan Kareem” dan juga selalu membangunkan para santri yang masih tidur untuk melaksanakan sahur yang telah disiapkan oleh petugas dapur santri.

            Kami juga sangat senang karena bisa mendisiplinkan diri untuk menamatkan bacaan  Al-Qur’an sebelum meninggalkan pesantren untuk pulang ke kampung halaman bertemu sanak saudara.

            Di Ramadan kali ini, aku tidak merasakan hal itu lagi. Aku telah bertemu dengan kehidupan baru di kampus tercinta UIN Alauddin Makassar. Sangat berbeda rasanya berpuasa di pesantren dengan berpuasa di kost. Kami para mahasiswa terkhusus para mahasiswa yang baru merasakan puasa sambil berkuliah merasa ada kesedihan di hati karena tidak bisa berpuasa bersama keluarga di rumah karena kegiatan belajar mengajar masih berjalan seperti biasa.

            Pada akhirnya, aku pun di ajak oleh teman ku untuk menjadi panitia Amaliyah Ramadhan di salah satu masjid dekat kampus kami. Rasa Syukur atas nikmat yang Allah berikan kepada ku yang tidak bisa aku bayangkan. Akhirnya aku memutuskan untuk berpastisipasi dalam kepanitiaan itu dan diberikan tempat tinggal di sana dengan kehidupan yang harmoni. Di masjid ini banyak jama’ah yang senantiasa tidak meninggalkan moment berbuka bersama dan bahakan sampai kekurangan nasi kotak yang membuat kami para panitia bingung bagaimana untuk membagi rata takjil kepada para jama’ah.

            Tapi dengan pengalaman baru ini aku jadi terfikir untuk selalu menghidupkan masjid baik saat bulan Ramadan maupun di luar Bulan Ramadan. Karena banyak sekali amal yang diperoleh bagi mereka yang senantiasa menghidupkan masjid, apalagi yang menghidupkannya adalah para anak muda generasi penerus Agama. Karena siapa lagi yang akan menggantian peran orang tua dalam menghidupkan masjid di masa yang akan datang.

            Dan kesimpulannya adalah setiap orang memiliki pengalamannya sendiri dan setiap waktu memiliki momentnya tersendiri. Jangan menyamakan yang satu dengan yang lainnya karena semua adalah makhluk ciptaan Allah Sang Maha Kuasa.