Oleh: Husnul Hatimah
Keberadaan media massa
dapat memperkuat wacana tertentu, membentuk struktur diskursif, dan juga
memberikan perspektif untuk melihat fenomena guna melindungi kepentingan kelas tertentu melalui penguasaan
informasi, dan Gramsci berpendapat bahwa hal itu disebut hegomoni. Kemampuan
media untuk membangun consensus melalui keunggulan informasi membuat pembaca
tidak memiliki landasan konseptual dan sulit memahami realitas secara objektif.
Kalangan media
konvensional, surat kabar masih mempunyai kemampuan bersaing dalam pertarungan
sengit mendapatkan informasi di era modern. Nielsen, salah satu perusahaan
riset informasi dan data media terkemuka di dunia, baru saja merilis hasil survei
kepercayaan publik terhadap pers. Nielsen menunjukkan kepercayaan terhadap
surat kabar tertulis masih sangat tinggi. Alasan utama mengapa pembaca masih
memilih surat kabar adalah karena nilai jurnalistiknya dalam kemampuannya membentuk
wacana tertentu.
Media cetak terkenal
yang masih eksis di era modern ini adalah Fajar, Tribun Timur dan Kompas.
Ketiga media ini memiliki perspektif masing-masing dalam menyajikan informasi
kepada khalayak. Hal ini tidak lepas dari ideologi media massa bagaimana kecederungan
atau dominasi media cetak terhadap apa yang diberitakan kepada publik. Perlu
diketahui bahwa media cetak Fajar dan Tribun berasal dari Sulawesi Selatan
sedangkan media cetak Kompas berasal dari Jakarta.
Menjelang pemilu calon
presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2024-2029 terdapat tiga pasangan
kandidat yaitu pasangan nomor 01 Capres-Cawapres (Anies Baswedan-Muhaimin
Iskandar), nomor 02 Capres-Cawapres (Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka),
nomor 03 Capres-Cawapres (Ganjar Pranowo-Mahfud MD). Ketiga kandidat calon
presiden dan wakil presiden tersebut tidak lepas dari pemberitaan media massa
terutama media cetak sebagai media yang terbilang sudah tua tetap bertanggung
jawab dalam menyajikan informasi kepada khalayak mengenai Capres-Cawapres
periode 2024-2025.
Pemberitaan di media
cetak Fajar yang dirilis pada hari Jumat, 12 Januari 2024, berita yang berjudul
“Berebut Pengaruh di Basis NU” menunjukkan bahwa Fajar lebih cenderung kepada
paslon nomor urut 01 ketimbang paslon nomor 02 dan 03. Hal ini dibuktikan
dengan isi pemberitaannya terdapat kalimat “Tim Pemenangan Daerah (TPD) Sulsel
optimis dengan dukungan dari PKB dan Muhaimin Iskandar, dukungan untuk AMIN
akan lebih besar. Hal ini karena Anis Baswedan dan Muhaimin Iskandar adalah
representasi umat”.
Lanjutannya Bendahara
Tim Pemenangan Daerah (TPD) AMIN Sulsel melihat bahwa Anies dan Amin adalah
bukan tokoh instan, sehingga masyarakat terutama NU dinilai akan berpihak pada
AMIN. Ketua DPW PKB Sulsel ini juiga yakin 89 persen NU akan berpihak ke AMIN.
Ia juga optimis secara nasional AMIN akan memperoleh 60-70 persen dari NU.
Fajar cenderung ke AMIN karena dalam penyajiannya lebih banyak menyebut
pasangan AMIN sebagai Capres-Cawapres yang artinya lebih menunjukkan bahwa
paslon AMIN akan menang di Sulsel ketimbang Capres-Cawapres 02 dan 03.
Berdasarkan diatas, Fajar condong kepada Capres-Cawapres nomor urut 01 dalam
menyajikan isu kepada khalayak.
Pemberitaan di media
Tribun Timur yang dirilis pada Jumat, 12 Januari 2024, berita yang berjudul
“Putara Kedua Pilpres Direncanakan 26 Juni” menunjukkan bahwa Tribun Timur
cenderung memilih paslon Capres-Cawapres nomor 02 sebagai pemenang Pilpres yang
akan datang. Hal ini dibuktikan dengan Fajar dalam isi pemberitaannya terdapat
kalimat “Hasil survei elektabilitas Litbang Kompas, Indikator Politik
Indonesia, CSIS dan Median, misalnya, menempatkan pasangan calon nomor urut 2,
Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming sebagai kandidat dengan keterpilihan
tertinggi.
Lebih lanjut Tribun
Timur menyebutkan hasil survei masih di angka 40-50 persen yang artinya belum
cukup untuk menang satu putaran dengan syarat perolehan suara sah nasional 50
persen plus 1. Meskipun Tribun menyebut belum cukup memang pada satu putaran
tetapi Tribun optimis dengan perolehan yang angka 40-50 persen akan memproleh
kemenangan di putaran kedua yang akan datang. Hal ini dari diksi kalimatnya
bahwa pada putaran kedua paslon nomor urut 02 akan menang. Dalam isi beritanya
Tribun sama sekali tidak menyebut pasangan calon nomor urut 01 dan 03.
Berdasarkan diatas, Tribun Timur condong kepada Capres-Cawapres nomor urut 02
dalam menyajikan isu kepada khalayak.
Pemberitaan di media
Kompas yang dirilis pada Jumat, 12 Januari, berita yang berjudul “Pertarungan
di Jawa Timur Makin Sengit” menunjukkan bahwa Kompas lebih “netral” dalam
memberitakan Capres-Cawapres. Hal ini dibuktikan dengan Kompas dalam isi
pemberitaannya terdapat kalimat “Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming
Raka menambah kekuatan dengan masuknya Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar
Parawansa dalam jajaran tim kampanye nasional. Keberadaan Khofifah diharapkan
bisa melawan pasangan Anies Rasyid Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar dan
Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang sama-sama memiliki kekuatan di Jatim.”
Dengan adanya kalimat
tersebut Kompas memberikan argument yang mengarah kepada eksistensi netralitas
Kompas itu. Isi kalimatnya dimana memposisikan Pelatih Kepala Tim Pemenangan
Nasional Anies-Muhaimin, Ahmad Ali tidak khawatir dengan bergabungnya Khofifah
ke TKN Prabowo-Gibran. Ahmad Ali mengatakan Jatim adalah provinsi yang identik
dengan warga nahdliyin. Ia menyebutkan diantara pasangan pilpres, Muhaimin
meurpakan kandidat satu-satunya yang berasal dari kalangan santri. Muhaimin
juga merupakan cucu pendiri NU dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Senada dengan pasangan Capres-Cawapres nomor urut 03 Ganjar menanggapi dengan santai masuknya Khofifah ke TKN Prabowo-Gibran. Kompas mengatakan bahwa Ganjarn mengaku tidak khawatir keberadaan Khofifah di TKN Prabowo-Gibran bisa menggerus perolehan suaranya di Jatim. Sebab tim pemenangan daerah Ganjar-Mahfud dan para sukarewalan di Jatim terus bergerak solid turun ke masyarakat. Berdasarkan diatas, Kompas dalam pemberitaannya menerapkan netralitas terhadap isu Capres-Cawapres yang disajikan kepada khalayak. ***.