Kecenderungan Pemberitaan Media terhadap Debat Capres-Cawapres 2024

  • 11:55 WITA
  • Jurusan KPI Bersatu
  • Artikel

 Oleh: Husnul Hatimah

  

Keberadaan media massa dapat memperkuat wacana tertentu, membentuk struktur diskursif, dan juga memberikan perspektif untuk melihat fenomena guna melindungi  kepentingan kelas tertentu melalui penguasaan informasi, dan Gramsci berpendapat bahwa hal itu disebut hegomoni. Kemampuan media untuk membangun consensus melalui keunggulan informasi membuat pembaca tidak memiliki landasan konseptual dan sulit memahami realitas secara objektif.

Kalangan media konvensional, surat kabar masih mempunyai kemampuan bersaing dalam pertarungan sengit mendapatkan informasi di era modern. Nielsen, salah satu perusahaan riset informasi dan data media terkemuka di dunia, baru saja merilis hasil survei kepercayaan publik terhadap pers. Nielsen menunjukkan kepercayaan terhadap surat kabar tertulis masih sangat tinggi. Alasan utama mengapa pembaca masih memilih surat kabar adalah karena nilai jurnalistiknya dalam kemampuannya membentuk wacana tertentu.

Media cetak terkenal yang masih eksis di era modern ini adalah Fajar, Tribun Timur dan Kompas. Ketiga media ini memiliki perspektif masing-masing dalam menyajikan informasi kepada khalayak. Hal ini tidak lepas dari ideologi media massa bagaimana kecederungan atau dominasi media cetak terhadap apa yang diberitakan kepada publik. Perlu diketahui bahwa media cetak Fajar dan Tribun berasal dari Sulawesi Selatan sedangkan media cetak Kompas berasal dari Jakarta.

Menjelang pemilu calon presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2024-2029 terdapat tiga pasangan kandidat yaitu pasangan nomor 01 Capres-Cawapres (Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar), nomor 02 Capres-Cawapres (Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka), nomor 03 Capres-Cawapres (Ganjar Pranowo-Mahfud MD). Ketiga kandidat calon presiden dan wakil presiden tersebut tidak lepas dari pemberitaan media massa terutama media cetak sebagai media yang terbilang sudah tua tetap bertanggung jawab dalam menyajikan informasi kepada khalayak mengenai Capres-Cawapres periode 2024-2025.

Pemberitaan di media cetak Fajar yang dirilis pada hari Jumat, 12 Januari 2024, berita yang berjudul “Berebut Pengaruh di Basis NU” menunjukkan bahwa Fajar lebih cenderung kepada paslon nomor urut 01 ketimbang paslon nomor 02 dan 03. Hal ini dibuktikan dengan isi pemberitaannya terdapat kalimat “Tim Pemenangan Daerah (TPD) Sulsel optimis dengan dukungan dari PKB dan Muhaimin Iskandar, dukungan untuk AMIN akan lebih besar. Hal ini karena Anis Baswedan dan Muhaimin Iskandar adalah representasi umat”.

Lanjutannya Bendahara Tim Pemenangan Daerah (TPD) AMIN Sulsel melihat bahwa Anies dan Amin adalah bukan tokoh instan, sehingga masyarakat terutama NU dinilai akan berpihak pada AMIN. Ketua DPW PKB Sulsel ini juiga yakin 89 persen NU akan berpihak ke AMIN. Ia juga optimis secara nasional AMIN akan memperoleh 60-70 persen dari NU. Fajar cenderung ke AMIN karena dalam penyajiannya lebih banyak menyebut pasangan AMIN sebagai Capres-Cawapres yang artinya lebih menunjukkan bahwa paslon AMIN akan menang di Sulsel ketimbang Capres-Cawapres 02 dan 03. Berdasarkan diatas, Fajar condong kepada Capres-Cawapres nomor urut 01 dalam menyajikan isu kepada khalayak.

 

Pemberitaan di media Tribun Timur yang dirilis pada Jumat, 12 Januari 2024, berita yang berjudul “Putara Kedua Pilpres Direncanakan 26 Juni” menunjukkan bahwa Tribun Timur cenderung memilih paslon Capres-Cawapres nomor 02 sebagai pemenang Pilpres yang akan datang. Hal ini dibuktikan dengan Fajar dalam isi pemberitaannya terdapat kalimat “Hasil survei elektabilitas Litbang Kompas, Indikator Politik Indonesia, CSIS dan Median, misalnya, menempatkan pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming sebagai kandidat dengan keterpilihan tertinggi.

Lebih lanjut Tribun Timur menyebutkan hasil survei masih di angka 40-50 persen yang artinya belum cukup untuk menang satu putaran dengan syarat perolehan suara sah nasional 50 persen plus 1. Meskipun Tribun menyebut belum cukup memang pada satu putaran tetapi Tribun optimis dengan perolehan yang angka 40-50 persen akan memproleh kemenangan di putaran kedua yang akan datang. Hal ini dari diksi kalimatnya bahwa pada putaran kedua paslon nomor urut 02 akan menang. Dalam isi beritanya Tribun sama sekali tidak menyebut pasangan calon nomor urut 01 dan 03. Berdasarkan diatas, Tribun Timur condong kepada Capres-Cawapres nomor urut 02 dalam menyajikan isu kepada khalayak.

Pemberitaan di media Kompas yang dirilis pada Jumat, 12 Januari, berita yang berjudul “Pertarungan di Jawa Timur Makin Sengit” menunjukkan bahwa Kompas lebih “netral” dalam memberitakan Capres-Cawapres. Hal ini dibuktikan dengan Kompas dalam isi pemberitaannya terdapat kalimat “Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menambah kekuatan dengan masuknya Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam jajaran tim kampanye nasional. Keberadaan Khofifah diharapkan bisa melawan pasangan Anies Rasyid Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang sama-sama memiliki kekuatan di Jatim.”

Dengan adanya kalimat tersebut Kompas memberikan argument yang mengarah kepada eksistensi netralitas Kompas itu. Isi kalimatnya dimana memposisikan Pelatih Kepala Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhaimin, Ahmad Ali tidak khawatir dengan bergabungnya Khofifah ke TKN Prabowo-Gibran. Ahmad Ali mengatakan Jatim adalah provinsi yang identik dengan warga nahdliyin. Ia menyebutkan diantara pasangan pilpres, Muhaimin meurpakan kandidat satu-satunya yang berasal dari kalangan santri. Muhaimin juga merupakan cucu pendiri NU dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Senada dengan pasangan Capres-Cawapres nomor urut 03 Ganjar menanggapi dengan santai masuknya Khofifah ke TKN Prabowo-Gibran. Kompas mengatakan bahwa Ganjarn mengaku tidak khawatir keberadaan Khofifah di TKN Prabowo-Gibran bisa menggerus perolehan suaranya di Jatim. Sebab tim pemenangan daerah Ganjar-Mahfud dan para sukarewalan di Jatim terus bergerak solid turun ke masyarakat. Berdasarkan diatas, Kompas dalam pemberitaannya menerapkan netralitas terhadap isu Capres-Cawapres yang disajikan kepada khalayak. ***.


Penulis adalah mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.