Komunikasi dalam Persfektif Gender

  • 10:40 WITA
  • Jurusan KPI Bersatu
  • Artikel

Oleh: Tri Putri Nurcahyani

 

Komunikasi merupakan proses pertukaran pesan yang dilakukan antara komunikator dan komunikan. Sedangkan, gender adalah pemahaman masyarakat yang mengacu pada peran, perilaku, ekspresi, serta identitas seseorang, baik itu laki-laki maupun perempuan. Oleh sebab itu, gender identik dengan istilah maskulin dan feminim, bukan merujuk pada jenis kelamin. Jenis kelamin membedakan antara laki-laki dan perempuan atas unsur biologis, seperti fungsi pembuahan pada laki-laki dan mengandung pada perempuan.

Sedangkan, gender meurut oleh West dan Zimmerman (1987) dalam Sumartono menjelaskan bahwa gender bukan kata benda – “menjadi seseorang”, namun suatu “perlakuan”, gender kemudian diciptakan dan diperkuat melalui diskusi dan perilaku, dimana individu memberikan pernyataan terhadap suatu identitas gender dan mengumumkan pada yang lainnya.

Dalam kehidupan bermasyarakat, laki-laki dan perempuan memiliki peran dan  fungsi yang berbeda. Ketidakadilan gender dapat terjadi ketika perbedaan itu menimbulkan diskriminasi. berikut ini adalah bentuk ketidakadilan gender, seperti:

1) Stereotype (Pelabelan), Misalnya dalam stereotype negatif yang disematkan kepada perempuan yang dianggap cengeng dan cenderung emosional.

2) Kekerasan, seperti KDRT, pelecehan seksual, kekerasan verbal, dan lain sebagainya.

3) Beban ganda, artinya beban pekerjaan yang diterima oleh salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Seperti peran perempuan yang kini banyak bekerja di wilayah publik dan tidak mengurangi peran mereka di rumah.

4) Marjinalisasi, adalah suatu proses peminggiran akibat adanya perbedaan jenis kelamin dan berakibat pada kemiskinan. Bentuk marjinalisasi ini adalah banyak buruh perempuan yang rentan terkena pemutusan hubungan kerja.

5) Subordinasi, yaitu penilaian bahwa peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain. Hal ini lebih banyak terjadi pada perempuan dan menjadikannya berada di posisi lebih rendah , seperti dalam beberapa situasi pendapat perempuan bukan menjadi hal prioritas untuk didengar karena dianggap emosional dibanding laki-laki yang lebih rasional dianggap mampu untuk mengambil keputusan.

Komunikasi gender merupakan salah satu bidang studi komunikasi yang memfokuskan pada manusia sebagai mahluk gender dalam berkomunikasi. Melalui perspektif gender, komunikasi menjadi sebuah proses interaksi yang melibatkan cara pandang tentang peran, tanggungjawab, kebutuhan, pengalaman antara perempuan dan laki-laki dalam kondisi berbeda yang perlu dipertimbangkan dalam berfikir, bersikap, dan bertindak. Dengan begitu gender mengacu pada dimensi sosial-budaya seorang laki-laki dan perempuan.

Dalam studi komunikasi, mengklasifikasikan bentuk dan jenis pada komunikasi interpersonal, komunikasi organisasi, dan komunikasi dalam media massa. Sehingga, hubungan antara gender dan komunikasi juga dapat diintegrasikan ke dalam yang menjadi ruang lingkup komunikasi, seperti:

1) Gender dan komunikasi interpersonal.

Gender adalah komponen yang hadir dalam berbagai hubungan interpersonal. Jika diperhatikan dalam sebuah keluarga terjadi perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan oleh kedua orangtuanya. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi gender memberikan pengaruh terhadap hubungan interpersonal.

2) Gender dan komunikasi organisasi.

Gender juga menyentuh kehidupan organisasi baik laki-laki maupun perempuan, seperti halnya isu perbedaan dalam pembayaran gaji yang berkaitan dengan beban kerja dan marjinalitas. Sehingga, hal ini menjadi kajian yang menarik untuk melihat pengaruh gender terhadap kebijakan dan peran manusia yang dimainkan dalam konteks organisasi.

3) Gender dan komunikasi massa.

Dalam kaitan antara gender dan komunikasi adalah bagaimana menggambarkan laki-laki dan perempuan dalam suatu budaya oleh media massa. Dari berbagai tayangan di televisi seperti di sinetron dan film yang memperlihatkan peran dan gaya laki-laki dan perempuan dipresentasikan.

Selain itu, komunikasi dan gender dapat dilihat kaitannya melalui berbagai teori  perkembangan gender, diketahui ada lima teori yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi, salah satunya tentang teori interaksi simbolis (symbolic interactionism theory) dirumuskan oleh George Herbert Mead yang menyatakan bahwa gender dapat dipelajari dalam suatu proses komunikasi dalam konteks budaya. Ketika anak laki-laki dan anak perempuan belajar bagaimana mereka di-gender-kan sebagai maskulin dan feminim melalui kata-kata (simbol) yang diungkapkan kepada yang lain (interaksi).