Komunikasi Politik Elit Muhammadiyah dalam Pembinaan Etika Politik Kader di Kota Makassar

  • 04:19 WITA
  • Jurusan KPI Bersatu
  • Artikel

Oleh : Lisana Sidqin Aliyan

Komunikasi politik elit Muhammadiyah dalam pembinaan etika politik kader di Kota Makassar merupakan suatu strategi yang difokuskan pada pembentukan dan penanaman nilai-nilai etika, moralitas, dan integritas dalam perilaku politik para kader Muhammadiyah yang terlibat dalam berbagai kegiatan politik.

Muhammadiyah telah membagi kadernya pada ranah Kader Persyarikatan, Kader Bangsa, dan Kader Umat. Sebagai sebuah lembaga Islam yang memiliki peran penting dalam masyarakat, memandang bahwa peserta politiknya harus mematuhi prinsip-prinsip Islam dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam dunia politik.

Elit Muhammadiyah, yang seringkali terdiri dari tokoh-tokoh ulama, intelektual, pemimpin masyarakat yang dihormati, dan pimpinan Muhammadiyah itu sendiri, berperan sebagai pembimbing dan pemegang otoritas moral.

Mereka menggunakan berbagai bentuk komunikasi, seperti diskusi dan menulis, untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang relevan dengan praktek politik. Pidato-pidato dan tulisan mereka sering kali mencakup tema-tema seperti keadilan sosial, kejujuran, kepemimpinan yang baik, dan tanggung jawab sosial.

Selain itu, komunikasi politik juga melibatkan aspek-aspek seperti memberikan panduan praktis dalam menjalankan aktivitas politik sehari-hari, memberikan contoh teladan melalui kisah-kisah sukses atau kegagalan di masa lalu, serta mengingatkan akan konsekuensi-konsekuensi moral dari tindakan politik yang tidak etis. 

Hal ini dilakukan agar kader-kader Muhammadiyah dapat memiliki landasan etika yang kokoh dalam menghadapi dinamika politik yang kompleks. Muhammadiyah menyediakan pembinaan yang disebut dengan IDEOPOLITOR (Ideologi, Politik, dan Organisasi) dimana mencakup persoalan gerakan Muhammadiyah kepada kader-kader yang ingin menjadi kader bangsa.

Komunikasi politik elit Muhammadiyah juga melibatkan interaksi langsung antara elit dan kader-kader di berbagai tingkatan organisasi. Melalui dialog dan konsultasi, elit berusaha memahami tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh kader-kadernya dalam dunia politik, dan memberikan bimbingan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Dalam konteks ini, komunikasi menjadi alat untuk membangun kepercayaan, solidaritas, dan komitmen terhadap nilai-nilai bersama.

Tujuan akhir dari upaya komunikasi politik ini adalah menciptakan kader-kader Muhammadiyah yang tidak hanya cerdas secara politik, tetapi juga memiliki integritas moral yang tinggi. Elit Muhammadiyah berharap agar kader-kader ini mampu membawa perubahan positif dalam masyarakat dan negara, serta menjaga kehormatan dan keutuhan ajaran Islam di tengah arus dinamika politik kontemporer.

Dengan demikian, komunikasi politik elit Muhammadiyah tidak hanya menjadi sarana pembinaan kader di Kota Makassar, tetapi juga menjadi kontribusi dalam mengembangkan wacana politik yang lebih etis dan bermartabat.

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.