Dari Multimedia-Disorder Hingga
Multimedia Journalism – Sebuah Catatan Sejarah Media
Oleh : Syauqi Zainul Muttaqin, Mahasiswa
Pascasarjana Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar
Salah satu ahli merumuskan
defenisi multimedia journalism. Menurutnya, multimedia journalism yang
sesungguhnya ialah sebagai bagian atau presentasi sebuah informasi yang dikemas
sebagai berita yang koheren dan disampaikanmelalui berbagai media.
Dalam definisinya, tidak
mengharuskan adanya bagian interaktif dalam setiap multimedia journalism. Ia
menjelaskan setidaknya ada dua atau lebih elemen, berdasar pada penjelasan
tersebut, peneliti tetap memasukkan konten yang berbentuk audio-visual sebagai
multimedia journalism.
Historiografi Realisme Kritis
Historiografi dipengaruhi oleh
berbagai filosofi ilmu. Salah satunya ialah realisme kritis. Realisme kritis
merupakan sebuah filosofi yang memiliki karakter yang khusus dan esensialnya
pada filosofi realis. Realisme kritis menjadi filosofi ilmiah yang mengakui
keberadaan kenyataan sebagai sesuatu yang terpisah dari sebuah kesadaran
manusia. Salah satu ahli mengemukakan pendapat bahwa penelitian realisme kritis
ialah sesuatu yang mempertanyakan sebab dari keberadaan sesuatu.
Media cetak Harian Chicago
Tribune dan The New York Times (NYT) ialah beberapa pelopor Web dan tonggak
perkembangan Web berita di Amerika pada saat itu. perkembangannya barulah
dimulai pada pertengahan tahun 1990-an dan secara resmi dilabuhkan di tahun
1996.
Teknologi
Beberapa bentuk teknologi yang
saling berkaitan dan menjadi penyebab munculnya multimedia journalism di media
online. Seperti: 1). Teknologi internet dan Web; 2). Teknologi fotografi; 3)
Teknologi piranti lunak.
Jurnalis Foto
Kemunculan multimedia journalism
tidak lepas dari desakan beberapa jurnalis foto pada saat itu. Merujuk
perspektif individual jurnalis foto. Menurut para jurnalis foto, keterbatasan
pada ruang media cetak dan bentuk foto yang hanya dua dimensi memunculkan
kekecewaan dan rasa tidak puas. Oleh karena itu, jurnalis foto mulailah membuat
multimedia journalism agar keinginannya menampilkan karya yang lebih menarik
perhatian masyarakat.
Organisasi Bisnis Media
Aspek organisasi bisnis media,
multimedia journalism muncul dari dua dekade, yaitu tahun 1990-1999 dan
2000-2010. Dua periode ini sama-sama mempunyai persamaan dalam hal
keterpurukannya, yang mengakibatkan industri media cetak memunculkan keinginan
untuk memutar otak agar terus bertahan dan tetap mendapat keuntungan. Oleh karena
itu, menurutnya multimedia journalism ialah jawaban agar tetap mempertahankan
sumber keuntungan bisnis media masa kini.
Khalayak
Terbentuknya pola konten media
online, tidak terlepas dari khalayak yang tentunya mempunyai background. Secara
tidak langsung, khalayak berhasil menggiring pola konten web agar terbentuk
kualifikasi yang spesifik. Oleh karena itulah, inovasi tersebut muncul dengan
sebutan multimedia journalism.
Karakteristik khalayak media
cetak dan elektronik berbanding terbalik dengan khalayak media massa. Khalayak
media online mempunyai karakteristis dan aktivitas komsumsi medianya yang dapat
mengalihkan fokus dengan cepat secara bergantian.
Kondisi politik, ekonomi, sosial
dan budaya di Amerika pada saat itu menuntut agar media massa menghadirkan
multimedia journalism yang menimbulkan sebuah kebebasan pers di Amerika
serikat.
Analisis dan Interpretasi
Secara otonom sejarah
masing-masing elemen di atas menciptakan situasi yang menjadikan kemunculan
multimedia journalism itu sendiri, yang dimana
menghasilkan sebutan mekanisme generatif. Dalam hal inilah yang membuat sebuah
gelora yang menimbulkan mekanisme generatif.
Secara jelas hubungan antara
kelima elemen tersebut tidak dapat dipisahkan. Teknologi tidak dapat berperan
maksimal tanpa adanya mekanik, yaitu jurnalis foto maupun masyarakat/khalayak.
Jurnalis foto tidak mungkin tertekan untuk melahirkan inovasi jika kondisi
organisasi bisnis media tetap konstan. Organisasi bisnis media cetak gegar
karena transformasi karakteristik khalayak, inovasi teknologi, serta kondisi
ekonomi, politik, sosial, dan budaya yang berlangsung saat itu. Khalayak
mengalami transformasi karakteristik dikarenakan timbulnya teknologi canggih
dan transformasi konten yang terjadi karena luapan organisasi bisnis media
cetak.
Secara kronologis, multi-disorder
tersebut dimulai pada dekade 1990-an. Setiap elemen penyebab atau mekanisme
generatif memberi pengaruh akan kemunculan multimedia journalism pada tahun
2001. Diawali dari kurun waktu 1991-1996 yang menjadi titik awal inovasi
teknologi online. Teknologi ini memunculkan jurnalisme online dan prototipe
multimedia journalism: “hyperphotography” pada tahun 1996. Setelah teknologi
online, pada tahun 1999 terjadi pergeseran teknologi fotografi yang sebelumnya
analog menjadi digital. Semua inovasiteknologi ini terjadi seiring dengan
kekecewaan jurnalis foto, ekspansi bisnis media cetak, menurunnya kepercayaan
khalayak media cetak, dan kolaborasi fotografi dengan bentuk seni lainnya.
Setiap momen ini terjadi secara tumpang tindih, bukan dalam urutan runut hingga
multimedia journalism muncul dan berkembang.
Multimedia journalism yakni
penerapan demonstrasi dan konten berita yang menjadi termin baru sejarah
jurnalisme pada era tahun 2000-an. Kemunculannya dikarenakan segenap elemen
pemicu yang tadinya disebut mekanisme generatif, seperti (1) Pembaharuan
teknologi, (2) Jurnalis foto, (3) Organisasi bisnis media, (4) Khalayak, dan
(5) Kondisi politik, ekonomi, sosial, serta budaya.
Setiap elemen memiliki setiap
kecenderungan yang berantakan yang pada saat itu berada pada masa peralihannya.
Ketidakteraturannya itulah yang bersifat saling melekat sehingga menghadirkan
multimedia journalism hingga saat ini. Di antara semua elemen yang saling
melekat ini, pembaharuan teknologi yang memilki sentral peran, dikarenakan
keempat elemen lainnya tentu tidak dapat berarti tanpa adanya pembaharuan
teknologi itu sendiri. Multimedia journalism pun takkan pernah hadir disekitar
kita tanpa adanya internet, web, kamerar DSLR serta berbagai piranti lunak
lainnya (semuasenin.com).