Dari Multimedia-Disorder Hingga Multimedia Journalism – Sebuah Catatan Sejarah Media

  • 10:01 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Dari Multimedia-Disorder Hingga Multimedia Journalism – Sebuah Catatan Sejarah Media

 Oleh : Syauqi Zainul Muttaqin, Mahasiswa Pascasarjana Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

 

 Multimedia journalism

Salah satu ahli merumuskan defenisi multimedia journalism. Menurutnya, multimedia journalism yang sesungguhnya ialah sebagai bagian atau presentasi sebuah informasi yang dikemas sebagai berita yang koheren dan disampaikanmelalui berbagai media.

Dalam definisinya, tidak mengharuskan adanya bagian interaktif dalam setiap multimedia journalism. Ia menjelaskan setidaknya ada dua atau lebih elemen, berdasar pada penjelasan tersebut, peneliti tetap memasukkan konten yang berbentuk audio-visual sebagai multimedia journalism.

Historiografi Realisme Kritis

Historiografi dipengaruhi oleh berbagai filosofi ilmu. Salah satunya ialah realisme kritis. Realisme kritis merupakan sebuah filosofi yang memiliki karakter yang khusus dan esensialnya pada filosofi realis. Realisme kritis menjadi filosofi ilmiah yang mengakui keberadaan kenyataan sebagai sesuatu yang terpisah dari sebuah kesadaran manusia. Salah satu ahli mengemukakan pendapat bahwa penelitian realisme kritis ialah sesuatu yang mempertanyakan sebab dari keberadaan sesuatu.

Media cetak Harian Chicago Tribune dan The New York Times (NYT) ialah beberapa pelopor Web dan tonggak perkembangan Web berita di Amerika pada saat itu. perkembangannya barulah dimulai pada pertengahan tahun 1990-an dan secara resmi dilabuhkan di tahun 1996.

Teknologi

Beberapa bentuk teknologi yang saling berkaitan dan menjadi penyebab munculnya multimedia journalism di media online. Seperti: 1). Teknologi internet dan Web; 2). Teknologi fotografi; 3) Teknologi piranti lunak.

Jurnalis Foto

Kemunculan multimedia journalism tidak lepas dari desakan beberapa jurnalis foto pada saat itu. Merujuk perspektif individual jurnalis foto. Menurut para jurnalis foto, keterbatasan pada ruang media cetak dan bentuk foto yang hanya dua dimensi memunculkan kekecewaan dan rasa tidak puas. Oleh karena itu, jurnalis foto mulailah membuat multimedia journalism agar keinginannya menampilkan karya yang lebih menarik perhatian masyarakat.

Organisasi Bisnis Media

Aspek organisasi bisnis media, multimedia journalism muncul dari dua dekade, yaitu tahun 1990-1999 dan 2000-2010. Dua periode ini sama-sama mempunyai persamaan dalam hal keterpurukannya, yang mengakibatkan industri media cetak memunculkan keinginan untuk memutar otak agar terus bertahan dan tetap mendapat keuntungan. Oleh karena itu, menurutnya multimedia journalism ialah jawaban agar tetap mempertahankan sumber keuntungan bisnis media masa kini.

Khalayak

Terbentuknya pola konten media online, tidak terlepas dari khalayak yang tentunya mempunyai background. Secara tidak langsung, khalayak berhasil menggiring pola konten web agar terbentuk kualifikasi yang spesifik. Oleh karena itulah, inovasi tersebut muncul dengan sebutan multimedia journalism.

Karakteristik khalayak media cetak dan elektronik berbanding terbalik dengan khalayak media massa. Khalayak media online mempunyai karakteristis dan aktivitas komsumsi medianya yang dapat mengalihkan fokus dengan cepat secara bergantian.

Kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya di Amerika pada saat itu menuntut agar media massa menghadirkan multimedia journalism yang menimbulkan sebuah kebebasan pers di Amerika serikat.

Analisis dan Interpretasi

Secara otonom sejarah masing-masing elemen di atas menciptakan situasi yang menjadikan kemunculan multimedia journalism itu sendiri, yang dimana  menghasilkan sebutan mekanisme generatif. Dalam hal inilah yang membuat sebuah gelora yang menimbulkan mekanisme generatif.

Secara jelas hubungan antara kelima elemen tersebut tidak dapat dipisahkan. Teknologi tidak dapat berperan maksimal tanpa adanya mekanik, yaitu jurnalis foto maupun masyarakat/khalayak. Jurnalis foto tidak mungkin tertekan untuk melahirkan inovasi jika kondisi organisasi bisnis media tetap konstan. Organisasi bisnis media cetak gegar karena transformasi karakteristik khalayak, inovasi teknologi, serta kondisi ekonomi, politik, sosial, dan budaya yang berlangsung saat itu. Khalayak mengalami transformasi karakteristik dikarenakan timbulnya teknologi canggih dan transformasi konten yang terjadi karena luapan organisasi bisnis media cetak.

Secara kronologis, multi-disorder tersebut dimulai pada dekade 1990-an. Setiap elemen penyebab atau mekanisme generatif memberi pengaruh akan kemunculan multimedia journalism pada tahun 2001. Diawali dari kurun waktu 1991-1996 yang menjadi titik awal inovasi teknologi online. Teknologi ini memunculkan jurnalisme online dan prototipe multimedia journalism: “hyperphotography” pada tahun 1996. Setelah teknologi online, pada tahun 1999 terjadi pergeseran teknologi fotografi yang sebelumnya analog menjadi digital. Semua inovasiteknologi ini terjadi seiring dengan kekecewaan jurnalis foto, ekspansi bisnis media cetak, menurunnya kepercayaan khalayak media cetak, dan kolaborasi fotografi dengan bentuk seni lainnya. Setiap momen ini terjadi secara tumpang tindih, bukan dalam urutan runut hingga multimedia journalism muncul dan berkembang.

Multimedia journalism yakni penerapan demonstrasi dan konten berita yang menjadi termin baru sejarah jurnalisme pada era tahun 2000-an. Kemunculannya dikarenakan segenap elemen pemicu yang tadinya disebut mekanisme generatif, seperti (1) Pembaharuan teknologi, (2) Jurnalis foto, (3) Organisasi bisnis media, (4) Khalayak, dan (5) Kondisi politik, ekonomi, sosial, serta budaya.

Setiap elemen memiliki setiap kecenderungan yang berantakan yang pada saat itu berada pada masa peralihannya. Ketidakteraturannya itulah yang bersifat saling melekat sehingga menghadirkan multimedia journalism hingga saat ini. Di antara semua elemen yang saling melekat ini, pembaharuan teknologi yang memilki sentral peran, dikarenakan keempat elemen lainnya tentu tidak dapat berarti tanpa adanya pembaharuan teknologi itu sendiri. Multimedia journalism pun takkan pernah hadir disekitar kita tanpa adanya internet, web, kamerar DSLR serta berbagai piranti lunak lainnya (semuasenin.com).