Ibadah Umrah dalam Perspektif Komunikasi

  • 10:17 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Oleh : Muh. IrfanSyarif  

Ibadah Umrah adalah salah satu bentuk perjalanan spiritual yang dilakukan oleh umat Islam di tanah suci Makkah. Umrah berbeda dengan haji, yang hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu dalam setahun. Umrah bisa dilakukan kapan saja, selama tidak ada larangan dari pihak berwenang. Umrah juga memiliki rukun yang lebih sedikit daripada haji, yaitu ihram, tawaf, sa'i, dan tahallul.

Ibadah Umrah dapat dipandang dari perspektif komunikasi, yaitu proses penyampaian dan penerimaan pesan antara manusia dan Tuhan. Komunikasi ini mencakup dua dimensi, yaitu verbal dan non-verbal. Dimensi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Dimensi non- verbal adalah komunikasi yang menggunakan gerakan, ekspresi, simbol, atau tindakan fisik.

Dalam konteks verbal, doa dan dzikir menjadi sarana utama komunikasi dengan Allah SWT. Doa adalah permohonan atau pujian yang disampaikan oleh hamba kepada Tuhan, dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan. Dzikir adalah pengucapan nama-nama Allah, atau kalimat-kalimat yang mengandung pujian atau pengakuan kepada-Nya. Saat para jamaah berada di Baitullah, mereka menyampaikan harapan, permohonan, dan rasa syukur melalui kata-kata. Doa menjadi jembatan yang menghubungkan hati hamba dengan Tuhan, mencerminkan keintiman dan kepercayaan. Dzikir menjadi cara untuk mengingat dan menyebut Allah, mencerminkan ketaqwaan dan kesadaran.

Ibadah Umroh dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan tidak seperti ibadah Haji yang satu kali dalam satu tahun, ibadah umroh juga memiliki komunikasi kepada tuhan baik dalam doa atau secara fisik. dalam aspek komunikasi ibadah umroh memiliki banyak aspek komunikasi di dalam nyaa seperti: Berbeda bahasa dari setiap negara tetapi memiliki kebersamaan yang solid dan jamaah juga akan menjadi saksi atas keagungan dan keindahan Allah yang menciptakan berbagai perbedaan dan persamaan.

Selain itu, ibadah umrah menonjol melalui gerakan dan tindakan fisik. Tawaf adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali, dengan memulai dan mengakhiri di Hajar Aswad . Sa'i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali, dengan memulai dari Shafa dan mengakhiri di Marwah. Tahallul adalah melepaskan ihram dengan bercukur atau menggunting rambut. Tawaf, sa'i, dan tahallul adalah ritual yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS dan keluarganya, sebagai bentuk ketaatan dan pengorbanan kepada Allah. Tawaf, sa'i, dan berbagai ritual lainnya menjadi ekspresi non-verbal yang mengkomunikasikan ketaatan dan ketundukan. Setiap langkah dan gerakan memiliki makna mendalam, menciptakan narasi spiritual yang diungkapkan melalui aksi.

Sebagai suatu bentuk komunikasi antara manusia dan Tuhan, ibadah umrah menjadi panggung spiritual di mana suatu kata-kata, gerakan, dan kebersamaan menciptakan jalinan hubungan yang mendalam. ibadah Umrah menjadi momen untuk mendekatkan hati dan diri kepada Sang Pencipta yakni Allah SWT, memperkuat komunikasi yang bersifat rohani dan universal.

Dan dalam ibadah Umrah, pakaian putih yang dikenakan oleh jamaah mencerminkan kesederhanaan dan persaudaraan, menyatukan mereka dalam kesetaraan di hadapan Allah. Pakaian tersebut juga menjadi simbol pengasingan diri dari dunia material dan status sosial, menekankan esensi persamaan di antara para jamaah. Pakaian ihram juga dapat menjadi pengenal manusia bahwa dia sedang melakukan ibadah seperti

ibadah haji dan umrah, akan tetapi ada suatu hal yang mendasari pakaian putih yaitu kita dianggap sama di mata tuhan tanpa membedakan suku bangsa dan ras.


Penulis adalah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar semester I.